Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia
Di awal tahun 2020, pembangunan sumber daya manusia mendapatkan momentum mengingat hal tersebut merupakan salah satu visi Presiden https://imigrasitanjungpinang.com/ terpilih Joko Widodo pada tahun 2019 hingga 2024. Dalam pidato pengukuhannya, beliau mengatakan pengembangan sumber daya manusia merupakan kunci masa depan Indonesia. Salah satu aspek pembangunan sumber daya manusia di Indonesia adalah peningkatan kualitas pendidikan. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.
Saat ini perkembangan teknologi di Indonesia mengalami kemajuan pesat, termasuk akses masyarakat terhadap internet yang berkecepatan tinggi. Berdasarkan laporan situs berita CNBC Indonesia, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 171,17 juta pada tahun 2018 atau setara dengan 64,8 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 264,26 juta jiwa.
Dengan semakin banyaknya pengguna internet di Indonesia, pemerintah kini sedang melaksanakan proyek bernama Parapa Ring. Melansir situs berita CNN Indonesia, melalui proyek Parapa Ring diharapkan seluruh masyarakat Indonesia dan Indonesia bagian timur, yakni Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua dapat mengakses internet.
Dengan adanya momentum akses internet gratis, pemerintah dapat memanfaatkan hal tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Pemerintah menggunakan akses internet yang mudah. Untuk mendukung program pembelajaran dari tingkat sekolah dasar hingga menengah/kejuruan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membentuk portal yang dapat diakses secara gratis bernama Rumah Belajar.
Masyarakat umum khususnya guru dan siswa dapat mengakses Rumah Belajar melalui Learn.kemdikbud.go.id. Melalui portal Rumah Belajar, guru dapat berkontribusi dengan menyediakan materi pendidikan dan siswa dapat mengakses materi pembelajaran, latihan, dan soal ujian.
Namun mengutip artikel di situs JawaPos, kehadiran Rumah Belajar dinilai kurang diminati pelajar dibandingkan platform serupa yang dikelola swasta seperti Ruang Guru, Quipper, dan Zenius. Selain itu, kurangnya promosi dan kerja sama dengan organisasi swasta disebut-sebut menjadi penyebab rendahnya popularitas Rumah Belajar. Misalnya,
Ruang Guru yang didukung oleh Iqbal Ramadhan menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa yang tidak keberatan membayar akses modul dalam aplikasi.
Menyadari kurangnya minat pelajar saat ini untuk mengakses Rumah Belajar, pemerintah perlu mengetahui karakteristik pelajar saat ini agar dapat melakukan terobosan. Terlihat dari situs gtkmadrasah.kemenag.go.id, pelajar kini didominasi oleh Generasi Z (lahir 1996-2010) dan Generasi Alfa (lahir 2010-sekarang), yang mewakili generasi paling melek teknologi.
Lebih lanjut situs Beritagar.id menyebutkan bahwa berdasarkan temuan survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), kelompok umur yang paling sering mengakses Internet adalah usia 15-19 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa pelajar saat ini adalah mereka yang memiliki akses yang cukup luas terhadap internet.